Wabah Corona atau Covid-19 di Indonesia, diprediski baru akan berakhir di penghujung Mei atau Juni 2020.


Pemerintah pun mulai membahas larangan untuk Mudik Lebaran yang akan jatuh pada pertengahan hingga akhir Mei 2020.

Prediksi wabah Corona akan berakhir Mei-Juni, disimpulkan peneliti Institut Teknologi Bandung (ITB).

Baca Juga

Prediksi itu berdasar hasil simulasi dan pemodelan sederhana prediksi penyebaran Covid-19 yang dilakukan Pusat Pemodelan Matematika dan Simulasi (P2MS) ITB.

Menurut Dr. Nuning Nuraini, S.Si, M.Si, salah satu tim peneliti yang melakukan simulasi tersebut, terjadi pergeseran hasil dari yang ramai dibicarakan sebelumnya.

Dalam salah satu artikel yang dimuat di situs resmi ITB pada Rabu (18/3/2020) lalu, Nuning berkata hasil kajian menunjukkan penyebaran Covid-19 mengalami puncaknya pada akhir Maret 2020 dan berakhir pada pertengahan April 2020 dengan kasus harian baru terbesar berada di angka sekitar 600.

Nuning dan timnya menggunakan model Richard's Curve Korea Selatan karena sesuai kajian Kelompok Pemodelan Tahun 2009 yang dibimbing oleh Prof. Dr. Kuntjoro A. Sidarto.

Model tersebut terbukti berhasil memprediksi awal, akhir, serta puncak endemi dari penyakit SARS di Hong Kong tahun 2003.

Model Richard’s Curve terpilih ini lalu mereka uji pada berbagai data kasus Covid-19 terlapor dari berbagai macam negara, seperti RRT, Iran, Italia, Korea Selatan, dan Amerika Serikat, termasuk data akumulatif seluruh dunia.

Ternyata, secara matematik, ditemukan model Richard’s Curve Korea Selatan adalah yang paling cocok (kesalahannya kecil) untuk disandingkan dengan data kasus terlapor Covid-19 di Indonesia jika dibandingkan dengan model yang dibangun dari data negara lain (kesesuaian ini terjadi saat Indonesia masih memiliki 96 kasus).

"Jadi begini, saat saya menuliskan hal tersebut saya melihat data update per tanggal 14 Maret 2020."

"Indonesia masih berada di titik 96, lalu di-fitting data dari beberapa negara yang saat itu sudah terlebih dahulu memiliki data, dan pelakukan penanganan pencegahan," kata Nuning kepada Kompas.com, Senin (23/3/2020).

"Dari negara-negara tersebut, saat itu Korsel memiliki selisih data terbaik dibanding yang lain. Sehingga dipilih model data Korsel."

"Jadi kecocokannya dilihat dari selisih error perhitungan. Itu saja."

"Padahal Korea telah melakukan penanganan yang cukup massive," imbuhnya.

Hasil simulasi lewat model Richard's Curve dengan memasukkan data 14 Maret 2020 (dengan 96 kasus), tampak puncak penyebaran Covid-19 di Indonesia adalah akhir Maret 2020, kemudian diprediksi berakhir pada pertengahan April 2020.

Perhitungan simulasi berubah

Namun karena kasus Covid-19 di Indonesia terus merangkak naik, perhitungan simulasi itu pun bergerak dan telah berubah.

"Namun data saat ini juga bertambah dan terus naik."

"Akibatnya dinamika dari data akan memengaruhi perhitungan parameter model kurva Richard yang berakibat juga pada perubahan proyeksi, baik dari sisi akumulasi dan juga puncak kasus," kata Nuning.

Karena model proyeksi ini "hanya" berdasarkan informasi data akumulasi kasus saja, akibatnya kenaikan kasus akan menyebabkan perubahan proyeksi.

"Puncak akan bergeser di sekitar minggu kedua atau ketiga April dan berakhir di akhir Mei atau awal Juni," ungkapnya.

Namun perlu dicatat, Nuning mengatakan, hal ini bisa terwujud asal penanganan pencegahan dilakukan secara serius, sigap, dan disiplin oleh semua pihak.

Mulai dari elemen individu, masyarakat sampai pada pemerintah dan berbagai instansi terkait.

Apakah satu bulan setelah puncak, wabah berakhir?

Nuning berkata, pemodelan matematika tidak bisa menjawab dan memastikan apakah satu bulan setelah puncak maka penyebaran berakhir.

Dia berkata, puncak dan berakhirnya penyebaran sepenuhnya berkaitan dengan banyak aspek.

"Tentu saja selesai secepatnya itu harapan kita semua."

Laporan tentang simulasi pemodelan penyebaran Covid-19 di Indonesia akan dimuat di jurnal asosiasi biomath Indonesia, Journal of Communication in Biomathematical Science (CBMS).

Mudik Lebaran

Staf Khusus Menteri Perhubungan, Adita Irawati menyampaikan, saat ini pemerintah tengah membahas terkait larangan mudik lebaran 2020.

Hal tersebut untuk mencegah penyebaran virus corona, dan adanya status darurat corona hingga 29 Mei 2020.

Ia menyebut, Kemenhub bersama kementerian dan lembaga terkait tengah membahas opsi pelarangan mudik Lebaran tersebut.

"Tadi didiskusikan apakah mudik akan dilakukan seperti biasa atau ada peninjauan ulang, atau bahkan ekstremnya dilarang."

"Tapi ini belum diputuskan," ujarnya dalam video conference, Jumat (20/3/2020), dikutip dari Kompas.com.

Mudik yang identik dengan berkumpul bersama saudara dan masyarakat, dikhawatirkan akan memercepat penyebaran virus.

"Mudik itu sendiri kita tahu, pengumpulan massa dihindari."

"Bicara mudik sudah terbayang seperti apa akan terjadi perkumpulan masyarakat," katanya.

Lalu, mengenai penggunaan transportasi umum atau pribadi untuk mudik, pihaknya juga tengah membahasnya.

"Bagaimana mudik gratis? Ini juga sedang dibahas apakah akan dilarang, ditiadakan, atau dibatasi," imbuh Adita.

Sementara itu, Ketua MPR Bambang Soesatyo juga meminta masyarakat untuk mempertimbangkan adanya mudik Lebaran 2020 ini.

Ia berharap, masyarakat bisa mengganti dengan menjalin silaturahmi jarak jauh dengan menggunakan alat komunikasi.

Hal tersebut dimaksudkan untuk menghentikan mata rantai penyebaran virus corona.

"Mengimbau agar masyarakat dapat mempertimbangkan kembali rencana mudik lebaran tahun 2020 dengan melakukan silaturahmi dan komunikasi jarak jauh untuk sementara waktu, demi meminimalisasi penularan virus corona," kata Bambang, dikutip dari Kompas.com, Jumat (20/3/2020).

Namun, jika memang diharuskan mudik, masyarakat diminta untuk mengecek kesehatannya.

"Untuk memastikan diri tidak terinfeksi virus sehingga tidak menularkan kepada orang lain," katanya.

Lalu, ia meminta pemerintah bisa menyiapkan rencana arus mudik untuk Idul Fitri 2020 mendatang.

"Seperti dengan mengatur jadwal keberangkatan dan penambahan moda angkutan lebaran, agar tidak terjadi penumpukan orang dan kondisi berdesak-desakan."

"Mengingat masa darurat bencana corona statusnya telah diperpanjang dari 29 Februari hingga 29 Mei 2020," jelasnya

Diketahui, status darurat bencana akibat virus corona di Indonesia diperpanjang hingga 29 Mei 2020.

Hal tersebut dibenarkan oleh Kepala Bidang Humas Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Rita Rosita.

"Ya benar (ada surat keputusan)," ujar Rita, dikutip dari Kompas.com, Selasa (17/3/2020).

Sumber : https://banten.tribunnews.com
HALAMAN SELANJUTNYA:


Related Posts

0 Response to "Wabah Corona atau Covid-19 di Indonesia, diprediski baru akan berakhir di penghujung Mei atau Juni 2020."

Posting Komentar

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel