Tulisan Mbak Tutut di Hari Lahir Soeharto : Dulu Cendana Dijaga ABRI, Saat Lengser Hanya Ada Satpam
TRIBUNSOLO.COM, SOLO - Tanggal 8 Juni merupakan hari lahir Presiden ke-2 Indonesia, Soeharto.
Jelang hari lahir Soeharto, putri sulung Soeharto, Sitti Hardiyanti Rukmana atau yang akrab dipanggil Mbak Tutut, membuat tulisan khusus di blog pribadinya.
Tulisan itu menceritakan detik-detik terakhir sebelum ayahnya, Soeharto, lengser dari kursi Presiden Indonesia, melalui tekanan mundur yang besar.
Saat itu, situasi Indonesia tengah mencekam, berada dalam tensi politik yang sangat tinggi.
Menurut Tutut, dalam kondisi yang panas itu, teman-teman Soeharto menyadari bila keamanan Soeharto terancam.
Tutut mengaku, saat itu, sejumlah kepala negara lain menawari agar Soeharto mengungsi saja dari Indonesia.
"Ada beberapa presiden menawarkan bapak untuk datang ke negaranya dan beliau-beliau siap melindungi bapak," tulis Tutut.
Meski demikian, menurut Tutut, ayahnya menolak semua tawaran itu.
“Saya tidak akan pergi ke mana-mana. Ini rumah saya. Saya akan tetap disini,"
"Sampaiken terima kasih saya pada sahabat-sahabat saya dari negara-begara lain. Tapi maaf, saya tidak akan meninggalken Indonesia,"
"Saya lahir di Indonesia. Seandainya saya harus mati, saya akan mati di Indonesia, negeri dimana saya dilahirken.” tulis Tutut, menirukan ucapan ayahnya keika itu.
Tutut pun mengaku bangga mendengar ucapan sang ayah.
Ia pun mengatakan, ayahnya bukan sosok pria yang “tinggal glanggang colong playu”.
Istilah ini merupakan istilah orang Jawa, yang bermakna : lari dari masalah atau lari meninggalkan tanggung jawab.
Sakit Hati Menteri Bapak
Tutut mengaku, Habibie, yang menggantikan Soeharto sebagai Presiden, langsung mencabut fasilitas kepresidenan Soeharto.
"Setelah bapak berhenti dari presiden, pengawalan yang tadinya diberikan dari ABRI untuk Presiden dan mantan Presiden, dari Negara, dicabut oleh keputusan Presiden Habibie. Digantikan oleh Polisi," tulis Tutut.
"Sejujurnya saat itu, rumah kami hanya dijaga oleh SATPAM dan beberapa anggota ABRI yang mengajukan pensiun dini, karena akan tetap menjaga bapak sampai mati,"
"Kebesaran Allah yang menyelamatkan kami dari situasi yang terpuruk saat itu, dan karena keyakinan bapak, hanya berlindung pada Allah Yang Maha Agung," tulisnya.
Tutut juga menulis soal sakit hatinya pada sosok menteri yang disebutnya tak punya etika.
Mereka disebut mengancam tak mau menjadi menteri bila Soeharto tetap menjadi Presiden.
"Yang lebih menyakitkan, sekelompok pembantu bapak pada saat bapak menjadi presiden, melakukan tindakan yang sangat tidak etis, yaitu akan mengundurkan diri dari jabatan Menteri kalau bapak tetap jadi Presiden,"
"Mungkin mereka berfikir, mereka akan bisa menguasai Indonesia, setelah bapak tidak jadi Presiden," tulis Tutut.
Meski demikian, Tutut tak menulis siapa sosok menteri yang dimaksudnya itu.
Soeharto meninggal dunia 27 Januari 2008 di Rumah Sakit Pusat Pertamina Jakarta.
Seandainya masih hidup, tepat pada 8 Juni 2020 Soeharto mestinya akan berusia 99 tahun. (*)
HALAMAN SELANJUTNYA:
Santai mbak Tutut aku di balakangmu
BalasHapus